Senin, 12 Oktober 2015

 

Satu Gumuk dari MAPENSA untuk anak Cucu

Kabupaten Jember terkenal dengan istilah kota 1000 gumuk. Gumuk tersebut merupakan sisa aliran debris flow yang mengalir turbulen dan diendapkan secara en masse freezing di bagian hulu dan menerus sampai hyperconcetrated-flow dan dilute stream-flow. Endapan debris-flow didominasi komponen berukuran kerakal sampai bongkah dengan komponen raksasa yang selalu hadir. Endapan hyperconcetrated flow didominasi butiran berukuran kerikil, sedang bongkah dan kerakal hanya sebagai komponen mengambang. Ukuran komponen kerakal sampai bongkah untuk jenis debris-flow atau kerikil untuk jenis mud-flow. Komponen endapan penyusun berasal dari tubuh gunungapi hasil beranekaragam erupsi berupa rempah lava dan breksi vulkanik dengan bentuk komponen membulat tanggung sampai menyudut (E. T Paripurno).
Debris-flow merupakan fluida plastis yang mengikuti kaidah Bingham Plastic, yaitu diasumsikan sebagai aliran massa rigid dan tidak mengikuti kaidah Newton. Mekanisme pendukung butirannya disebabkan oleh adanya daya dukung matrik yang bekerja padanya. Keduanya umumnya bersifat kohesif karena adanya matriks yang mengandung lumpur lebih dari 20%. Partikel-partikel lumpur tersebut merupakan suspensi penyangga komponen ketika massa bergerak. Karena sifatnya yang kohesif maka padanya terjadi proses en masse freezing.
Kabupaten Jember seluas 3.293,34 km2 merupakan daerah cekungan dengan batas sebelah Utara adalah Pegunungan Hyang dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m dpl), sebelah Timur adalah Pegunungan Raung dengan puncaknya Gunung Raung (3.332 m dpl), sebelah Selatan berupa dataran rendah, dan sebelah Barat adalah Pegunungan Semeru dengan puncaknya Gunung Mahameru (3.676 m dpl). Daerah cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan vulkanik aktif menyebabkan Kabupaten Jember beriklim tropis dengan suhu udara harian antara 23OC – 32OC dengan curah hujan tahunan antara 1.969 mm – 3.394 mm. Curah hujan yang turun di Cekungan Jember mengalir melalui tiga sungai besar, yaitu Sungai Bedadung yang berhulu di Pegunungan Hyang, S. Mayang yang berhulu di Pegunungan Raung dan S. Bondoyudo yang berhulu di Pegunungan Semeru. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Agustus dan musim hujan terjadi pada bulan September sampai Januari.
Pegunungan vulkanik yang masih aktif sampai saat ini menjadikan ekosistem wilayah Jember mempunyai bentang alam (landscape) yang unik dan spesifik, yaitu dengan keberadaan sejumlah gumuk (bukit kecil). Jumlah gumuk tidak pernah terinventarisasi dengan resmi, namun jumlahnya diperkirakan lebih dari 1.000 buah gumuk, sehingga Kabupaten Jember juga dijuluki sebagai ”Kabupaten Seribu gumuk” sebagai ciri spesifik yang tidak dijumpai di wilayah lain di Indonesia. Formasi gumuk di wilayah Jember terbentuk dari aliran lava gunung berapi, terutama Gunung Raung yang berlangsung selama beberapa abad, karena letusan Gunung Raung mulai tercatat Tahun 1586 sampai sekarang. Hal ini dapat dilihat dari ukuran gumuk, dimana di beberapa kecamatan di kaki Pegunungan Raung, tinggi gumuk dapat mencapai 50 m dengan luas bidang dasar mencapai 4,0 km2 dengan jarak yang relatif rapat, seperti dijumpai di Kecamatan Sukowono dan Sumberjambe. Sedangkan, ukuran gumuk yang jauh dari Pegunungan Raung tingginya hanya berkisar antara 1,0 sampai 2,0 m dengan luas bidang dasar 0,1 km2 dengan jarak yang relatif jauh, seperti dijumpai di Kecamatan Wuluhan dan Kencong.
Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk produksi pangan maupun permukiman, menjadi salah satu faktor yang signifikan penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas gumuk. Interaksi antara manusia dan lingkungannya seringkali berjalan tidak seimbang, dimana manusia bersifat eksploitatif serta tidak lagi bersifat saling menguntungkan tetapi manusia bersifat parasit. Seperti sebagian manusia yang tinggal di wilayah Kecamatan Sumbersari dan Arjasa, Kabupaten Jember yang eksploitatif terhadap ekosistem gumuk. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember sebesar 2,11% per tahun menyebabkan ruang wilayah kabupaten semakin terbatas dalam mendukung kehidupan dan terselenggaranya pembangunan berkelanjutan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih dari 6,0% per tahun menyebabkan kebutuhan akan permukiman juga semakin besar. Sebaliknya, pendapatan per kapita masyarakat masih cukup rendah sehingga memerlukan sumber kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dalam waktu pendek.
Pengembangan wilayah permukiman di wilayah Kabupaten Jember banyak yang mengorbankan keberadaan formasi gumuk, seperti Perumahan ”Gunung Batu” dan Perumahan ”Istana Tidar Regency”. Gumuk juga ditambang oleh masyarakat untuk diambil bahan tambang ”golongan C”-nya, seperti pasir, tanah urug dan batu piring. Pembangunan wilayah permukiman dan penambangan mengakibatkan beberapa formasi gumuk hilang, walaupun bahan tambang tersebut memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Dampak negatif penting dengan hilangnya formasi gumuk adalah hilangnya sumber air yang sangat penting bagi keberlangsungan sistem budidaya tanaman di sekitar formasi gumuk.
Ekosistem gumuk, secara fungsional mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan manusia, yaitu: fungsi ekologis, fungsi ekonomis, fungsi sosial, dan fungsi estetik. Konservasi formasi gumuk dapat didefinisikan sebagai pengelolaan formasi gumuk yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan fungsinya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keragaman dan nilainya. Konversi formasi gumuk dapat didefinisikan sebagai pemanfaatan potensi ekosistem gumuk, keadaan iklim, fenomena alam dan kekhasannya yang berada di suatu kawasan untuk kegiatan selain konservasi secara permanen.

MAPENSA, sebagai salah satu Pencinta Alam yang ada di Jember berusaha untuk menyelamatkan gumuk yang ada di Jember. Sampai saat ini MAPENSA hampir memiliki sebuah Gumuk yang berada di Desa Antirogo. Kenapa hampir? Karena gumuk yang dimiliki MAPENSA saat ini dulunya merupakan milik perseorangan (seperti gumuk-gumuk lainnya), jadi sebuah gumuk dimiliki oleh beberapa orang dan hingga saat ini baru ¾ dari gumuk tersebut yang telah menjadi milik MAPENSA. Semuga secepatnya MAPENSA mampu memiliki sebuah gumuk dan dikemudian hari MAPENSA mampu memiliki beberapa gumuk. MAPENSA membeli gumuk tidaklah dimaksudkan untuk ditambang melainkan untuk menyelamatkan dan menyediakan tempat untuk koleksi tanaman (baik langka maupun produksi) milik MAPENSA untuk hidup. Dan bila suatu saat smua gumuk yang ada di Jember telah ditambang ataupun dieksploitasi maka masih akan ada gumuk MAPENSA. Walau mungkin MAPENSA tidak mampu memiliki banyak gumuk, namun MAPENSA mampu menyelamatkan minimal 1 gumuk yang nantinya, mungkin, akan menjadi cerita dan legenda bagi masyarakat Jember.

Selain MAPENSA teman teman Save gumuk di Jember pun sedang mengumpulkan dana untuk membeli sebuah gumuk sebagai wujud untuk menyelamatkan gumuk dari tangan investor. Dimana Save gumuk ini dirintis oleh para remaja pers yang mulai khawatir dan peduli terhadap lingkungan.

Penulis : Orchid
Share: