Jumat, 12 Februari 2016

 

Angkatan Burung dan Pengamatan Burung (Persiapan Lintas Pegunungan Hyang VI)

Sebuah tempat istirahat burung-burung migran dan tempat hidup burung air dan burung dataran rendah. Tempat dimana padi bisa ditanam diatas tanah tabelan diatas rawa. Tempat sejuta keramahan menyapa. Desa yang dikelilingi tanah yang mengambang di atas air. Desa itu bernama rawa pulo.
Bukan hal baru ketika kami datang dan menyapa keramahan warga di desa itu. Bahkan disana kita punya orang tua yang bernama Pak Jan dan Buk Jan. Sebuah keluarga sedehana yang apa adanya dan slalu ramah adanya. Selalu membuka pintu rumah dan memberikan kami keteduhan dari panas teriknya mentari, dinginnya malam dan kebosanan pada dunia dengan pelukan dan senyuman tulusnya.



Selain memiliki orang tua, disana kami juga mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengamatan burung. Uniknya disini tidak hanya dapat kita jumpai burung air tetapi juga burung migran. Pengamatan ini bermula ketika senior kami melakukan sebuah penelitian di Desa ini dan kebetulan tinggal di rumah orang tua kami saat ini, Pak Jan dan Buk Jan. Seiring perjalanan waktu tibalah saat perpisahan dari senior kami karena penelitian telah selesai namun hal tersebut tidak berlaku bagi persaudaraan yang telah terjalin.
Setelah penelitian selesai mungkin waktu kita mengunjungi rumah kami di Rawa Pulo tidaklah bisa sesering dahulu akan tetapi kegiatan berkunjung dan sekedar bermain serta tanya kabar masih berjalan hingga kini. Kami menjadi saksi sekelumit perjalanan panjang desa ini. Mulai dari tidak adanya penerangan listrik hingga kini listrik telah mengalir kesegala penjuru desa dan sesmakin menerangi wajah-wajah yang slalu ramah.
Begitu pula yang kami lakukan kali ini. Berkunjung dan menyambung tali silaturahmi kepada orang tua kami di rawa. Namun niat kali ini tidak hanya itu, tetapi kali inipun kami berniat mngenalkan angkatan baru angkatan 32 “Burung” MAPENSA pada keluarga di rawa dan burung-burung cantik disana. Niat selanjutnya yaitu memperkenalkan lebih jauh kepada angkatan baru tentang pengamatan burung guna kegiatan LPH (Lintas Pegunungan Hyang VI) yang akan dilakukan dalam waktu dekat.


Setelah datang tengah malam dirumah Bapak Ibuk dan meramaikannya dengan masak-masak serta briefing persiapan besok pagi, maka malam ini kami tidur dipeluk dengan keindahan mimpi dan keramahan warga sini. Keesokan paginya kami bangun lebih pagi dari biasanya, 05.30. WIB, pencapaian yang luar biasa. Hal yang dilakukan setelah cuci muka dan mempersiapkan diri yaitu melakukan pemanasan serta pembagian kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dari angkatan 31 dan 32 MAPENSA. Maka pengamatan burungpun dimulai.
Metode pertama yang digunakan adalah metode transek line. Yaitu melakukan pengamatan burung mulai dari rumah Bapak Jan sampai ke ujung desa, rawa. Lalu melakukan point count di plot-plot yang telah ditentukan di sekitar rawa tersebut. Sekitar pukul 09.00 WIB latihan pengamatan burung selesai. Saatnya untuk kembali kerumah Pak Jan untuk mengisi pundi-pundi energi.



Sesampainya disana ternyata sudah ada tim penyambut yang menyambut dengan masakan yang aromanya menggoda iman. Namun sayang belum selesai dimasak dna kami harus memupuk kesabaran sedikit lagi. Untuk angkatan 30 dan beberapa angkatan 31 membantu tim penyambut untuk menyelesaikan masakannya, maklum tim penyambut hanya 4 tangan. Sedangkan untuk para arjuna, angkatan 32 dan beberapa angkatan 31 berkubang di rawa yang tidak terlalu dalam sambil mencari bekicot untuk menjadi lauk andalan. Ya ini memang lauk andalan setiap kami kemari. Makanan yang slalu dirindukan. Alhasil smuanya berhasil basah kuyup dari ujung kaki hingga ujung rambut kepala. Untuk mereka yang ogah menerjunkan diri dengan sukarela di rawa harus dibopong dan digendong oleh saudaranya yg lain, dan harus rela ikutan bayah kuyup denga  air rawa. Sungguh moment yang mengasyikkan. Hal sederhana seperti ini yang slalu dirindui.

Setelah puas berkecimpung di air rawa mereka membasuh diri dengan air sumur dengan bergantian menimba dan mengguyurkannya ke tubuh sodara yang lain. Untuk beberapa anak yang tidak membawa baju ganti ini sebuah nestapa, selain basah juga baju berbau tak sedap. Alhasil para arjuna harus menjemur dan menunggu kering baju mereka, yang melekat dibadan hanya sarung.
Kini giliran para arjuna yang bekerjasama. Memisahkan antara bekicot dan rumahnya yang sudah direbus di air hingga mendidih lalu memotongnya kecil-kecil sehingga siap untuk dioseng dan disantap. Setelah dipotong kini giliran skrikandi yang memasak dan menjadikan bekicot ini siap makan. Tak butuh waktu lama. Sekian menit kemudian smua masakan terhidang manis diatas meja makan sederhana namun sarat makna. Ada nasi, oseng bekicot, oseng kacang, oseng sawi putih dan wortel serta tak lupa sambal. Menu sederhana namun nikmatnya tiada tara, apalagi makan bersama-sama seperti ini dengan hasil masak bersama. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan satu piring nasi beserta lauknya, bahkan ada beberapa yang nambah. setelah smua selesai makan cuci piring bersamapun menjadi hal yang tak boleh terlewatkan. Ada yang bagian menimba air, membilas piring dan peralatan lain dengan sabun dan ada pula yang membersihkan dengan air.
Lewat dzuhur kami telah bersantai menikmati aroma pedesaan yang terendam banjir beberapa hari lalu. Menikmati pemandangan khas pedesaan dan aroma yang tak ditemui diperkotaan. Ketika sedang asyik berbincang dan mengabadikan moment dengan foto bersama tiba-tiba ada interuksi untuk kumpul dan melingkar. Ini adalah puncak dari kegiatan kita kali ini. Ada beberapa sambutan ringan dan singkat dari kabid diklat tentang kegiatan 2 hari 1 malam ini dan sedikit obrolan tentang LPH VI. Tak lupa hadiah sederhana perekat jiwa untuk sang juara pengamatan burung kali ini. Dan pemenangnya adalah kelompok yang terdiri dari Asep, Blank, Nokdes dan Julang. Selamat atas kemenangannya. Smoga bisa menjadi lebih baik dan mampu berbagi ilmu dengan yang lain.

Karena hari sudah mendekati petang (mendung) maka kami memutuskan untuk segera merapikan barang-barang kami dan bersiap untuk pulang ke sekretariat tercinta. Sebelum itu, berfoto dengan kedua orang tua kami disini tak boleh terlewatkan. Namun sayang, bapak tidak ikut foto karena sedang istirahat siang, maka kami hanya berfoto bareng ibuk. Foto sudah, packing selesai maka pamitan kepada kedua orang tua serta minta doa adalah hal yang kami lakukan berikutnya. berat rasanya berpisah dengan kedua orang tua yang baik hati dan ramah ini. Namun kami berjanji bahwa kami akan kembali lagi kesini dengan agenda kegiatan lain dan saudara-saudara kami yang lain. Terimakasih Bapak dan Ibu Jan yang telah menjadi orang tua kami selama ini. Semoga berumur panjang sehingga mampu menjadi tidak sekedar Bapak dan Ibu kami tapi jga Kakek dan Nenek kami kelak.

Perjalanan pulang ke kampus kami diguyur gerimis sepanjang perjalanan bahkan hujan lebat tak jarang menemani hingg kami sampai di sekretariat tercinta. Lewat ashar baru kami sampai di sekretariat. Gurat kebahagiaan dan semangat baru dari doa Bapak dan ibu di rawa menjadi sebuah keajaiban baru dalam hidup kami. Terimakasih :D

Penulis : Orchid
Share:

1 komentar: