Sebuah tempat istirahat
burung-burung migran dan tempat hidup burung air dan burung dataran rendah. Tempat
dimana padi bisa ditanam diatas tanah tabelan diatas rawa. Tempat sejuta
keramahan menyapa. Desa yang dikelilingi tanah yang mengambang di atas air. Desa
itu bernama rawa pulo.
Bukan hal baru ketika
kami datang dan menyapa keramahan warga di desa itu. Bahkan disana kita punya
orang tua yang bernama Pak Jan dan Buk Jan. Sebuah keluarga sedehana yang apa
adanya dan slalu ramah adanya. Selalu membuka pintu rumah dan memberikan kami
keteduhan dari panas teriknya mentari, dinginnya malam dan kebosanan pada dunia
dengan pelukan dan senyuman tulusnya.
Selain memiliki orang
tua, disana kami juga mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengamatan burung. Uniknya
disini tidak hanya dapat kita jumpai burung air tetapi juga burung migran. Pengamatan
ini bermula ketika senior kami melakukan sebuah penelitian di Desa ini dan
kebetulan tinggal di rumah orang tua kami saat ini, Pak Jan dan Buk Jan. Seiring
perjalanan waktu tibalah saat perpisahan dari senior kami karena penelitian
telah selesai namun hal tersebut tidak berlaku bagi persaudaraan yang telah
terjalin.
Setelah penelitian
selesai mungkin waktu kita mengunjungi rumah kami di Rawa Pulo tidaklah bisa
sesering dahulu akan tetapi kegiatan berkunjung dan sekedar bermain serta tanya
kabar masih berjalan hingga kini. Kami menjadi saksi sekelumit perjalanan
panjang desa ini. Mulai dari tidak adanya penerangan listrik hingga kini
listrik telah mengalir kesegala penjuru desa dan sesmakin menerangi wajah-wajah
yang slalu ramah.
Begitu pula yang kami
lakukan kali ini. Berkunjung dan menyambung tali silaturahmi kepada orang tua
kami di rawa. Namun niat kali ini tidak hanya itu, tetapi kali inipun kami berniat
mngenalkan angkatan baru angkatan 32 “Burung” MAPENSA pada keluarga di rawa dan
burung-burung cantik disana. Niat selanjutnya yaitu memperkenalkan lebih jauh
kepada angkatan baru tentang pengamatan burung guna kegiatan LPH (Lintas
Pegunungan Hyang VI) yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Setelah datang tengah
malam dirumah Bapak Ibuk dan meramaikannya dengan masak-masak serta briefing
persiapan besok pagi, maka malam ini kami tidur dipeluk dengan keindahan mimpi
dan keramahan warga sini. Keesokan paginya kami bangun lebih pagi dari
biasanya, 05.30. WIB, pencapaian yang luar biasa. Hal yang dilakukan setelah
cuci muka dan mempersiapkan diri yaitu melakukan pemanasan serta pembagian
kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 3-4 orang dari angkatan 31 dan 32 MAPENSA.
Maka pengamatan burungpun dimulai.
Metode pertama yang
digunakan adalah metode transek line. Yaitu melakukan pengamatan burung mulai
dari rumah Bapak Jan sampai ke ujung desa, rawa. Lalu melakukan point count di
plot-plot yang telah ditentukan di sekitar rawa tersebut. Sekitar pukul 09.00
WIB latihan pengamatan burung selesai. Saatnya untuk kembali kerumah Pak Jan
untuk mengisi pundi-pundi energi.
Sesampainya disana
ternyata sudah ada tim penyambut yang menyambut dengan masakan yang aromanya
menggoda iman. Namun sayang belum selesai dimasak dna kami harus memupuk
kesabaran sedikit lagi. Untuk angkatan 30 dan beberapa angkatan 31 membantu tim
penyambut untuk menyelesaikan masakannya, maklum tim penyambut hanya 4 tangan. Sedangkan
untuk para arjuna, angkatan 32 dan beberapa angkatan 31 berkubang di rawa yang
tidak terlalu dalam sambil mencari bekicot untuk menjadi lauk andalan. Ya ini
memang lauk andalan setiap kami kemari. Makanan yang slalu dirindukan. Alhasil smuanya
berhasil basah kuyup dari ujung kaki hingga ujung rambut kepala. Untuk mereka
yang ogah menerjunkan diri dengan sukarela di rawa harus dibopong dan digendong
oleh saudaranya yg lain, dan harus rela ikutan bayah kuyup denga air rawa. Sungguh moment yang mengasyikkan. Hal
sederhana seperti ini yang slalu dirindui.
Setelah puas
berkecimpung di air rawa mereka membasuh diri dengan air sumur dengan
bergantian menimba dan mengguyurkannya ke tubuh sodara yang lain. Untuk beberapa
anak yang tidak membawa baju ganti ini sebuah nestapa, selain basah juga baju
berbau tak sedap. Alhasil para arjuna harus menjemur dan menunggu kering baju
mereka, yang melekat dibadan hanya sarung.
Kini giliran para
arjuna yang bekerjasama. Memisahkan antara bekicot dan rumahnya yang sudah
direbus di air hingga mendidih lalu memotongnya kecil-kecil sehingga siap untuk
dioseng dan disantap. Setelah dipotong kini giliran skrikandi yang memasak dan
menjadikan bekicot ini siap makan. Tak butuh waktu lama. Sekian menit kemudian
smua masakan terhidang manis diatas meja makan sederhana namun sarat makna. Ada
nasi, oseng bekicot, oseng kacang, oseng sawi putih dan wortel serta tak lupa sambal.
Menu sederhana namun nikmatnya tiada tara, apalagi makan bersama-sama seperti
ini dengan hasil masak bersama. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan
makanan satu piring nasi beserta lauknya, bahkan ada beberapa yang nambah. setelah
smua selesai makan cuci piring bersamapun menjadi hal yang tak boleh
terlewatkan. Ada yang bagian menimba air, membilas piring dan peralatan lain
dengan sabun dan ada pula yang membersihkan dengan air.
Lewat dzuhur kami telah
bersantai menikmati aroma pedesaan yang terendam banjir beberapa hari lalu. Menikmati
pemandangan khas pedesaan dan aroma yang tak ditemui diperkotaan. Ketika sedang
asyik berbincang dan mengabadikan moment dengan foto bersama tiba-tiba ada
interuksi untuk kumpul dan melingkar. Ini adalah puncak dari kegiatan kita kali
ini. Ada beberapa sambutan ringan dan singkat dari kabid diklat tentang
kegiatan 2 hari 1 malam ini dan sedikit obrolan tentang LPH VI. Tak lupa hadiah
sederhana perekat jiwa untuk sang juara pengamatan burung kali ini. Dan pemenangnya
adalah kelompok yang terdiri dari Asep, Blank, Nokdes dan Julang. Selamat atas
kemenangannya. Smoga bisa menjadi lebih baik dan mampu berbagi ilmu dengan yang
lain.
Karena hari sudah
mendekati petang (mendung) maka kami memutuskan untuk segera merapikan
barang-barang kami dan bersiap untuk pulang ke sekretariat tercinta. Sebelum itu,
berfoto dengan kedua orang tua kami disini tak boleh terlewatkan. Namun sayang,
bapak tidak ikut foto karena sedang istirahat siang, maka kami hanya berfoto
bareng ibuk. Foto sudah, packing selesai maka pamitan kepada kedua orang tua
serta minta doa adalah hal yang kami lakukan berikutnya. berat rasanya berpisah
dengan kedua orang tua yang baik hati dan ramah ini. Namun kami berjanji bahwa
kami akan kembali lagi kesini dengan agenda kegiatan lain dan saudara-saudara
kami yang lain. Terimakasih Bapak dan Ibu Jan yang telah menjadi orang tua kami
selama ini. Semoga berumur panjang sehingga mampu menjadi tidak sekedar Bapak
dan Ibu kami tapi jga Kakek dan Nenek kami kelak.
Perjalanan pulang ke
kampus kami diguyur gerimis sepanjang perjalanan bahkan hujan lebat tak jarang
menemani hingg kami sampai di sekretariat tercinta. Lewat ashar baru kami
sampai di sekretariat. Gurat kebahagiaan dan semangat baru dari doa Bapak dan
ibu di rawa menjadi sebuah keajaiban baru dalam hidup kami. Terimakasih :D
Penulis : Orchid
Penulis : Orchid